Ibu MengASIhi vs Ibu MemFORMULAi. Apakah Masih Harus Diperdepatkan? - LIDINEWS.COM | Majalah Lidinews

Mobile Menu

Top Ads

More News

logoblog

Ibu MengASIhi vs Ibu MemFORMULAi. Apakah Masih Harus Diperdepatkan?

Jumat, 22 Desember 2023

Kristina Bangun,MKM.,CBNM.,CMNM

Dosen STIKES Kesehatan Baru Dolok Sanggul,

Instruktur Yayasan Mulki Vokasi Indonesia


Gambar : Ibu MengASIhi vs Ibu MemFORMULAi. Apakah Masih Harus Diperdepatkan? Lidinews


Lidinews - Ibu, selain menjadi sosok pembentuk karakter bangsa, ibu juga sebagai seorang yang sangat di salahkan ketika bayi yang dilahirkannya tidak mendapatkan haknya yaitu mendapatkan ASI.


Sedangkan banyak faktor yang telah di kemukakan para ahli mengenai penyebab ibu tidak dapat menyusui (ibu menderita penyakit menular, ibu menjalani prosedur kemoterapi) dan berhenti menyusui (faktor dukungan keluarga, dukungan tenaga medis dan ibu kembali bekerja).


Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2021, setidaknya 52,5 persen atau hanya setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia.


Sementara menurut data UNICEF, dibeberapa negara juga masih banyak yang berada di bawah Indonesia yakni Asia Timur dan Pasifik 31 persen, Timur Tengah dan Afrika Utara 35 persen, Amerika Latin dan Karibia 32 persen.


Di lain pihak beberapa kelompok ibu juga masih berpandangan bahwa ibu yang tidak menyusui termasuk dalam kelompok ibu yang pemalas.


Justifikasi itu bersumber dari ibu -ibu yang merasa berpengalaman dengan 3 atau 4 anak yang ia miliki dan berhasil untuk mengASIhi. Jadi apakah ibu yang tidak dapat menyusui bayinya berarti dia tidak mengasihi bayinya?


Sebagian besar ibu yang tidak menyusui atau berhenti untuk menyusui mengungkapkan sangat ingin memberikan ASI pada bayinya. Hingga beberapa ibu juga mencari pendonor agar dapat memberikan ASI pada bayinya.   


Dukungan berbagai pihak harus diberikan meliputi dukungan pemerintah dengan memberlakukan kebijakan hak cuti melahirkan, menyediakan fasilitas khusus menyusui atau ruang laktasi yang memenuhi standart pada seluruh intansi baik pemerintah maupun swasta, menggalakkan penerapan kode khusus dalam pemasaran produk pengganti ASI dan memperkuat sistem layanan kesehatan.


Dukungan tenaga kesehatan diantaranya menjelaskan manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada ibu hamil, membantu ibu untuk menyusui segera setelah melahirkan, mengajarkan ibu cara menyusui dan menjaga agar terus menyusui walaupun terpisah dari bayinya dan tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI kecuali ada indikasi medis.


Dukungan masyarakat dan media juga sangat dibutuhkan dengan membentuk atau ikut dalam kelompok pendukung ASI seperti AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), ini akan membantu kesuksesan dalam pemberian ASI.


Internet dan media sosial juga dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pengetahuan tentang ASI dan melalui internet pula ibu dapat membeli alat pompa ASI secara online tanpa perlu keluar rumah.


Alat pompa ASI akan sangat bermanfaat bagi ibu menyusui yang bekerja atau bagi ibu yang memiliki produksi ASI cukup banyak.


Ibu sebagai sosok pertama yang menanamkan nilai-nilai agama, kemanusiaan, moral, etika dan budaya tidaklah sebanding jika dipersalahakn karena tidak dapat memberikan ASI eksklusif untuk anaknya.


Seorang ibu juga harus mengembalikan kesehatannya sehabis melahirkan dan sebagian ibu juga harus memulihkan tubuhnya untuk kembali bekerja.


Ibu sebagai tokoh penting dalam mencukupi kebutuhan gizi bayi tidak seharusnya berjalan sendirian.


Peran ibu yang sangat penting dalam kesehatan bayi dan kesehatannya sendiri seharusnya mendapat dukungan dari berbagai pihak. Baik berupa asupan informasi, dukungan moril, maupun fasilitas.




Editor : Arjuna H T M




Ibu MengASIhi vs Ibu MemFORMULAi. Apakah Masih Harus Diperdepatkan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar